Ditulis oleh: Reachy Ruch
Rain, sebut saja begitu. Dia tidak pernah mau memberitahukan nama aslinya. Padahal dia mengetahui nama Nana, bahkan nama lengkapnya, Nana Narlita Kusuma. Dipaksa bagaimanapun, Rain tidak pernah mengatakan siapa nama aslinya, tempat asalnya, atau apapun yang bisa menjurus pada jati dirinya. Dia cuma mengaku bahwa dia berjenis kelamin laki-laki. Selain itu, apa yang Nana tahu darinya? Cuma hal-hal kecil yang tidak penting.
Sebaliknya, Rain bisa dibilang mengetahui apapun tentang Nana. Asalnya, umurnya, wajahnya, sekolahnya, rumahnya, semua. Bisa saja Rain tiba-tiba ada di samping Nana dan remaja perempuan itu tidak menyadarinya sama sekali.
Ya, Rain adalah orang yang ditemuinya di dunia maya. Internet, istilah bekennya. Satu hal yang sudah teramat sangat lumrah di dunia globalisasi ini. Kalau ada orang yang belum pernah mendengar apa itu internet, mungkin dia tinggal di daerah pedalaman yang paling dalam? Di mana listrik saja tidak ada, apalagi komputer, barang yang rasanya sudah tidak dianggap sebagai barang tersier lagi. Mungkin barang yang ditemukan pada tahun 1940-an itu sudah naik tingkat menjadi barang sekunder atau bahkan primer? Tanyakan pada para penghuni kota besar, ada yang pernah melewatkan satu hari saja tanpa menyentuh internet? Ada yang sanggup hidup tanpa internet? Apalagi sekarang, gadget-gadget pendukung sudah bertebaran di mana-mana dengan harga yang semakin bersahabat.